Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tembakau tanpa cengkeh untuk negriku

"..Bu bade teng wande?.." tanyaku ke istri

"..nitip nggeh.."

"..nitip nopo si?.."

"..tumbasake mbako, sing biasa.."

"..niki becer teng wandene mbokasem mboten enten mbako ireng.."

"..nggeh seentene mbako nopo teng mriku.."

Sebuah dialog yang komunikatif dalam membina rumah tangga, dimana aku meminta bantuan kepada istri untuk dibelikan tembakau di warung.

Seperti yang kita ketahui, bisnis tembakau dan turunannya adalah sebuah raksasa bisnis yang ada di negri ini. Terbukti dengan berbagai macam varian model yang dijajakan di warung dan toko terdekat. Bahkan, event-event besar nan bergengsi dalam kegiatan olahraga, pendidikan tidak jarang disponsori oleh bisnis tembakau.

Gempuran undang-undang dan jeratan hukum yang ketat diberlakukan untuk mengawasi peredaran tembakau negri, ini merupakan intervensi asing untuk menggulingkan petani tembakau lokal, pikirku. 

Back to tembakau tanpa cengkeh.

Iya, aku dan beberapa teman sebaya adalah penikmat tembakau sejati, terutama tembakau hitam alias mbako ireng rasane gurih empuk ora nyegrak. 

Berbeda dengan yang lain, aku lebih menikmati tembakau tanpa cengkeh dan tanpa menyan atau bumbu lainnya, murni tembakau lintingan. Rasanya lebih waw gitu, eh coba lihat di foto ada korek api legend, pernah aku tulis di postingan "Bertahan 3 bulan..".

Ini foto setelah jadi ada di bawah.


Disamping memang membikin ketagihan, tembakau tingwe merupakan solusi hemat sehemat-hematnya. Cukup sediakan uang tigaribu perak boleh dicoba. cuakss.

Postingan aku akhiri sebab ada suara tanpa rupa, "..Paak, niko depurugi mpun selesai sekolaeh.." kkekekek

Posting Komentar untuk "Tembakau tanpa cengkeh untuk negriku"